Selamat Datang di Ady_Dech Blogger

gi masih dalam pembangunan nich

Kamis, 16 Desember 2010

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DENGAN Hernia Inguinalis Lateralis

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hernia Inguinalis Lateralis
1. Pengertian Hernia
Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut (www.healthyyahoo.com)
Hernia ialah protrusi (tonjolan) abnormal dari pada kantung garis peritoneal, melewati aponeurosis otot yang meliputi regio abdomen. Kelemahan dari dinding otot abdomen mengakibatkan ketidakmampuan untuk menampung organ-organ visceral di dalam rongga abdomen. Hernia terdiri atas cincin, kantung, dan isi hernia (www.herniatripod.com)
Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut kedalam kanalis inguinalis.
2. Etiologi
Pada umumnya hernia sering terjadi karena beberapa faktor antara lain adalah:
1. Kongenital (terjadi sejak lahir)
Hal ini disebabkan karena proses turunnya testis mengikuti prosessus vaginalis. Pada neonatus, kurang lebih 90% prosessus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosessus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini tidak sampai 10% anak dengan prosessus vaginalis paten menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosessus vaginalis paten kontralateral lebih dari separuh, sedangkan insiden hernia tidak melebihi 20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosessus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
2. Didapat (Acquired)
Hernia ini biasanya terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan semakin lemahnya tempat defek, seperti hernia medialis karena kelemahan trigonum Hesselbach, dapat juga disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau hipertrofi prostat, serta penyebab lain yang belum di temukan. Meskipun kadang dihubungkan dengan angkat berat. Hernia ini juga biasanya terjadi jika bagian dari organ perut (biasanya usus) menonjol melalui suatu titik yang lemah atau robekan pada dinding otot yang tipis, yang menahan organ perut pada tempatnya. Hernia pada anulus internus yang cukup lebar dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosessus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites juga dapat membuat
insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang (www.klikdokter.com).
3. Manifestasi Klinis
Hernia inguinal sering terlihat sebagai tonjolan intermitten yang secara berangsur-angsur meningkat dalam ukuran dan menjadi ketidaknyamanan yang progresif dan persisten. Kadang hanya sedikit nyeri, sakit atau rasa terbakar didaerah lipat paha yang mungkin didapatkan sebelum perkembangan dari penonjolan yang nyata. Ketidaknyamanan ini memperjelas deskripsi dari hernia sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Gejala itu mungkin tidak hanya didapatkan didaerah inguinal tapi juga menyebar kedaerah pinggul, belakang, kaki, atau kedaerah genital. Gejala ketidaknyamanan (Reffered pain) dapat mempercepat keadaan yang berat dan biasanya meningkat dengan durasi atau intensitas dari kerja, tapi kemudian dapat mereda atau menghilang dengan istirahat.
Rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh hernia selalu memburuk disenja hari dan membaik pada malam hari saat pasien berbaring atau bersandar. Secara khas, kantong hernia dan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk. Biasanya pasien harus berdiri saat pemeriksaan , kerena tidak mungkin meraba hernia pada lipat paha yang bereduksi saat pasien berbaring.
Hernia yang tidak dapat dideteksi oleh pemeriksaan fisik, dapat dilihat dengan ultrasonografi atau tomografi komputer. Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan cepat oleh nyeri tekan, obstruksi interna, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari traktus yang diperkirakan mengalami gangrenos.
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipatan paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban yang berat dan menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri maupun berbaring. Pasien diminta untuk mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba didorong apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar (www.qittunblogspo.com))
4. Klasifikasi
Adapun beberapa klasifikasi hernia yaitu:
a. Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)
Hernia ini merupakan jenis hernia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi.
b. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita :
1) Hernia inguinalis indirekta congenital.
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut.
2) Hernia inguinalis indirekta akuisita.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kantung peritonial ini dapat terisi kedalam perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.
3) Hernia Pantalon
Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua kantung hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia inguinalis. Diagnosis umumnya sukar untuk ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, dan biasanya baru ditemukan sewaktu operasi (www.klikdokter.com).
5. Patofisiologi
Anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam menutup yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah).
Pada bulan ke-8 kehamilan, akan terjadi desensus testis melalui kanal. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun lebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia dua bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia (www.shvoongcom//pathology).
Adapun Patofisiologi penyakit hernia inguinalis lateralis berdasarkan penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) dapat di lihat pada gambar satu dibawah ini :

Batuk kronis konstipasi kronis hipertropi prostat ascietas kerja berat


Peningkatan Tekanan Abdomen

Terbentuknya Umbilikalis Internus
Kanalis /anulus inguinalis internal

Lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalis eksternus

Dan Masuk mengikuti kora spermatikus

prosesus inguinalis tertutup

Masuk ke inguinalis

inguinal akan membesar Kurangnya
pengetahuan
Herniotomi
Keterbatasan rentang gerak
Intake kurang nutrisi
Jaringan Terputus

Adanya luka Peristaltik usus meningkat

Port De Entry Mikroorganisme



Bedrest








GAMBAR 1
PATOFISIOLOGI BERDASARKAN PENYIMPANGAN KDM

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaaan dilakukan pada penderita dengan kelainan bedah ditujukan untuk menilai kondisi pasien yang sebelumnya tidak dikenal untuk memperkecil resiko pembedahan dan untuk memperbaiki perjalanan paska bedah. Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk menetapkan kelainan endokrin yang berguna cukup besar untuk tumor, hyperplasia yang tumbuh di hipofise, kelenjar tyroid, kelenjar paratiroid, pancreas, supratenal dan gonad.
b. Pemeriksaan radiologi
Pada hakekatnya, foto rontgen merupakan foto bayangan oleh karena keadaan berbagai jaringan berbeda maka berbagai struktur akan tampak pada foto polos. Sebagai bahan kontras dapat dipakai sediaan logam untuk memberikan kontras tambahan, misalnya sediaan barium dalam usus atau sediaan iodium di jalan nafas. Cara yang sama digunakan pada saluran kemih dan sistem respirasi, tomografi computer (CT). Pemeriksaan ini sangat berguna untuk memberikan gambaran otak, paru, hati dan jaringan lunak yang lain. Magnetik resonance imaging (MRI) pemeriksaan ini memberikan gambaran penampang tubuh atau ekstremitas terutama pada jaringan lunak yang kurang digambarkan baik oleh tomografi computer (CT).



7. Penatalaksanaan Medis
a. Medis
1) Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
(a) Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak, inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

(b) Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdi pakai seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.
Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada kaki sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
2) Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplastik.
(a) Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit dan diikat setinggi mungkin lalu dipotong.
(b) Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis keligamentum cooper pada metode Mc Vay.
b. Keperawatan
Anjurkan pasien agar mengurangi merokok agar tidak batuk yang sangat mempengaruhi penyakitnya. Kalau pasien gemuk kurangi berat badannya. sedangkan post operasi, pasien dikembalikan ke ruangan perawatan : Pasien dipindahkan ke tempat tidur yang sudah di siapkan dengan posisi tidur terlentang, kepala dimiringkan agar saluran nafas tetap terbuka, tidak tersumbat oleh lender.
Bagi pasien dengan anestesi umum, perawatan selanjutnya dilakukan bila pasien sadar yaitu perawatan luka operasi secara steril dilanjutkan dengan menggantikan balutan luka, rubah posisi pasien dengan posisi yang menyenangkan satu sampai dua jam untuk mencegah dekubitus. Selama pasien belum flatus harus dihindari pemberian makan dan minum per oral.
Bila kondisi pasien telah pulih maka infus boleh di cabut semuanya atas instruksi dokter. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, pasien di anjurkan untuk bangun dan duduk dengan tujuan agar mempercepat secara spontan eliminasi (Buang Air Besar dan Buang Air Kecil), luka operasi lebih cepat sembuh, nyeri luka akan cepat menghilang walaupun agak nyeri pada saat pertama melakukan aktifitas.
Menggantikan balutan luka perlu di perhatikan kesterilan alat dan cara melaksanakannya. Balutan luka yang basah karena darah atau cairan segera diganti untuk mencegah terjadinya infeksi. Mengganti balutan luka sebaiknya dua hari sekali atau tergantung anjuran dokter (Mansjoer A, 2000).
8. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel ini dapat terjadi kalau hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ektraperitoneal (hernia geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulate yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum.
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi odem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya odem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Jika isi hernia terdiri dari usus, maka dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut (Schwarts, 2001).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Asuhan Keperawatan
a. Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang mencakup siklus hidup manusia (La Ode, 1999).
Asuhan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional keperawatan yang ditujukan kepada pasien, yang terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Effendy, 1998).
b. Tujuan Asuhan Keperawatan
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk membantu individu menjadi bebas dari masalah kesehatan yang dirasakan dengan mengajak individu dan masyarakat serta membantu untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi dalam memelihara derajat kesehatan yang seoptimal mungkin sehingga tidak tergantung kepada orang lain.
c. Sasaran Asuhan Keperawatan
Sasaran asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit yang membutuhkan bantuan dari perawat.
2. Proses Keperawatan
a. Pengertian
Proses Keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang mempunyai empat tahapan, yaitu pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan / implementasi dan Evaluasi. Alternatif lain dari proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang meliputi Pengkajian, Diagnosis, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi (Lismidar, 2005).
Menurut Murray dan Effendy (1995), proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.
Herber dalam Efendy (1995), mengatakan bahwa proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan mendiagnosa status kesehatan pasien, merumuskan hasil yang dicapai, menentukan intervensi, serta mengevaluasi mutu dan hasil asuhan yang dilakukan terhadap pasien.
b. Tujuan Proses Keperawatan
Adapun tujuan dari proses keperawatan adalah 1) Bantu individu menjadi bebas dari masalah kesehatan yang dirasakan dan mengajak individu dan masyarakat untuk berpartisipasi meningkatkan derajat kesehatan, 2) Membantu individu mengembangkan potensi dalam memelihara kesehatannya, 3) Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan seoptimal mungkin, 4) Memperoleh hasil asuhan keperawatan yang berkualitas.
c. Langkah – Langkah Proses Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian.
Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pngumpulan data, klasifikasi data dan analisa data.

a) Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan menghimpun informasi (data-data dari pasien) yang meliputi biopsikososial spiritual yang komprehensif (Lismidar, 2005). Beberapa cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yakni : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
Data yang diperoleh dari wawancara adalah data-data tentang identitas pasien, keluhan pasien tentang kesehatannya termasuk fungsi-fungsi sistem tubuh, riwayat kesehatan sekarang, sebelumnya dan keluarga, pola kebiasaan hidup sehari-hari seperti makan, minum, tidur, eliminasi dan lain-lain.
Data yang diperoleh dari observasi meliputi respon tanda-tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah dan perilaku pasien misalnya bingung, disorientasi, kesadaran, kejang dan lain-lain. Pengamatan dimulai dari kepala sampai kaki (head to toe).
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara : inspeksi, yaitu melakukan pemeriksaan dengan melihat, misalnya dengan melihat keadaan kulit, warna, turgor, kelembapan dan sebagainya. Palpasi, yaitu melakukan pemeriksaan dengan perabaan untuk mengetahui adanya edema, benjolan dan lain-lain. Perkusi yaitu melakukan pemeriksaan dengan mengetuk misalnya untuk mengetahui refleks patela dan lain-lain, dan auskultasi. Yaitu melakukan pemeriksaan dengan mendengar misalnya bising usus, denyut jantung bayi dan lain-lain yang tujuannya adalah untuk memastikan batas dimensi angka, irama, kuantitas atau ukuran tertentu, misalnya untuk mengetahui tinggi dan berat badan, tanda-tanda vital dan lain-lain.
Pengumnpulan data yang dilakukan melalui studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang diambil dari dokumentasi catatan keperawatan yang sudah ada. Secara teoritis, data yang ditemukan pada pasien Hernia inguinalis lateralis berdasarkan sistim menurut Doenges M (2000), adalah : Aktifitas/istirahat, Eliminasi, intregitas ego, neurosensori, dan Keamanan.
b) Klasifikasi Data
Klasifikasi data dalam pengkajian keperawatan terdiri dari : Data objetif yaitu didasarkan pada fenomena yang dapat diamati oleh seseorang selain dari pasien. Data ini didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Data yang dapat ditemukan pada pasien hernia inguinalis menurut Doenges M (2000), adalah pembesaran pada daerah inguinal, wajah tampak meringis karena adanya nyeri, pasien tampak tidak dapat melakukan aktifitas, serta pasien gelisah.
Data subjektif yaitu data yang disampaikan oleh pasien dan keluarga, data ini didapatkan melalui wawancara antara perawat, pasien dan keluarga pasien. Data yang diperoleh pada pasien hernia inguinalis menurut Doenges M (2000), adalah nyeri pada daerah inguinalis, konstipasi, dan merasa cemas.
c) Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut sebagai konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan menurut tingkat kebutuhan dasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar