Selamat Datang di Ady_Dech Blogger

gi masih dalam pembangunan nich

Kamis, 16 Desember 2010

KARYA TULIS ILMIAH - ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDIKSITIS

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Apendisitis
1. Pengertian Appendisitis
Appendiks adalah Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002). Appendisitis adalah Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer 2000).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan syok ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (http://harnawatiaj.wordpress.com/).
Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (http://keperawatan-gun.blogspot.com.
Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif (Arif , 2000).
2. Anatomi Fisiologi
Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang menonjol pada apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa panjang appendiks rata-rata 9 – 10 cm, terletak posteromedial caecum kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis. Posisi appendiks bisa retrosekal, retroileal, subileal atau dipelvis, memberikan gambaran klinis yang tidak sama. Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X, karena itu nyeri viseral pada appendiks bermula sekitar umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri appendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren.
Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh. (R.Syamsu, 1997).
Gambar 1 di bawah ini adalah gambar letak anatomi apendiks (usus buntu).








Sumber : http://perawatpskiatri.blogspot.com, 2009
GAMBAR 1
ANATOMI APENDIKSITIS

3. Etiologi
Terjadinya appendiksitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen appendiks. Obstruksi pada lumen appendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, kancer primer dan struktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen appendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007)
Apendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat : a). Hiperplasia dari folikel limfoid, b). Adanya fekalit dalam lumen appendiks ; c). Tumor apendiks, d). Adanya benda asing seperti cacing askariasis; e). Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti Endobacterium Histilitica.
4. Patofisiologi
Menurut Price Wilson (1995) appendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekolit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasama.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan, makin lama mukus banyak, namun elastis dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diafragma predesis bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut akan mengakibatkan tekanan terus meningkat yang berdampak pada peningkatan edema sehingga bakteri menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritenium setempat dan menimbulkan nyeri pada daerah kanan bawah. Selanjutnya aliran arteri terganggu dan terjadilah infark dinding apendiks yang diikuti gangren yang kemudian disebut dengan apendiksitis gangrenosa.

Gambar 2 dibawah ini adalah penyimpangan KDM Apendiksitis


Bila dinding yang telah rapuh pecah, akan menyebabkan appendiksitis perforasi. (Brunner dan Suddarth, 2001).
5. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni : a). Appendiksitis akut, dibagi atas: Appendiksitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendiksitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah, b). Appendisitis kronis, dibagi atas: Apendiksitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul struktur lokal. Appendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
6. Manifestasi Klinik
Appendiksitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8 - 38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (http://oknurse.wordpress.com).
Menurut Brunner & Suddart (1997) tanda dan gejala apendiksitis yakni : a). Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan, b). Mual, muntah, c). Anoreksia, malaise, d). Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney, e). Spasme otot, f). Konstipasi, diare.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Brunner & Suddart (1997), pemeriksaan diagnostik dari apendisitis terdiri dari : a). Sel darah putih : leukosit diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75%; b). Urinalisis : normal, tetapi eritrosit atau leukosit mungkin ada; c). Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir.
8. Penatalaksanaan
Menurut Brunner & Suddart (1997), penatalaksanaan dari appendisitis terdiri dari : a). Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendiksitis telah ditegakkan, b). Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan, c). Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan, d). Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Asuhan Keperawatan
a. Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang mencakup siklus hidup manusia (La Ode, 1999).
Asuhan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional keperawatan yang ditujukan kepada pasien, yang terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Effendy, 1998).
b. Tujuan Asuhan Keperawatan
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk membantu individu menjadi bebas dari masalah kesehatan yang dirasakan dengan mengajak individu dan masyarakat serta membantu untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi dalam memelihara derajat kesehatan yang seoptimal mungkin sehingga tidak tergantung kepada orang lain.
c. Sasaran Asuhan Keperawatan
Sasaran asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit yang membutuhkan bantuan dari perawat.
2. Proses Keperawatan
a. Pengertian
Proses Keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang mempunyai empat tahapan, yaitu pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan / implementasi dan Evaluasi. Alternatif lain dari proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang meliputi Pengkajian, Diagnosis, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi (Lismidar, 2005).
Menurut Murray dan Effendy (1995), proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.
Herber dalam Efendy (1995), mengatakan bahwa proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan mendiagnosa status kesehatan pasien, merumuskan hasil yang dicapai, menentukan intervensi, serta mengevaluasi mutu dan hasil asuhan yang dilakukan terhadap pasien.
b. Tujuan Proses Keperawatan
Adapun tujuan dari proses keperawatan adalah 1) Bantu individu menjadi bebas dari masalah kesehatan yang dirasakan dan mengajak individu dan masyarakat untuk berpartisipasi meningkatkan derajat kesehatan, 2) Membantu individu mengembangkan potensi dalam memelihara kesehatannya, 3) Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan seoptimal mungkin, 4) Memperoleh hasil asuhan keperawatan yang berkualitas.
c. Langkah – Langkah Proses Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data tentang pasien dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan (Gaffar, 1999). Tujuan dari pengkajian keperawatan ini adalah untuk mengumpulkan data, mengelompokan data sehingga menemukan diagnosa keperawatan.
Tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001)
a) Pengumpulan data
Kegiatan pengumpulan data dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan dilanjutkan secara terus-menerus selama proses keperawatan berlangsung. Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data yang diperlukan tentang klien (Gaffar, 1999)
Identitas : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah sakit, nomor registrasi, diagnosa, nama orang tua, alamat pasien, umur pasien, pendidikan pasien, pekerjaan pasien, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
Riwayat penyakit sekarang : Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
Riwayat penyakit keluarga : Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit Diabetes Mielitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya upaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya
Pola Fungsi Kesehatan yang terdiri dari : (1). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat adalah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka. (2). Pola tidur dan istirahat . Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.(3). Pola aktifitas. Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan. (4). Pola hubungan dan peran . Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat penderita mengalami emosi yang tidak stabil. (5). Pola sensorik dan kognitif. Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat. (6). Pola penanggulangan stress. Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah. (7). Pola tata nilai dan kepercayaan. Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan Tuhan selama sakit.
b) Klasifikasi data
Menurut Robert Priharjo (2007), Pengkajian fisik harus dilakukan secara komperhensif dan tidak hanya pada pengkajian data objektif, tetapi juga harus mempertimbangkan data dari sumber lain dan riwayat kesehatan pasien. Pada dasarnya ada dua jenis data dari pasien, yaitu data subjektif yang merupakan data riwayat kesehatan yang diperoleh dari pengkajian fisik pasien. Penulisan harus jelas yang meliputi identitas atau data biografi pasien, keadaan umum, waktu pengkajian, teknik pengkajian yang digunakan, lokasi yang dikaji dan keadaannya.
Keadaan Umum : Kesadaran biasanya ComposMentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.
Kulit : Ada tidaknya oedema, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah
Kepala : Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor diameter 3/3, refleks cahaya baik pada kedua mata, terdapat kotoran atau tidak
Telinga : bentuk simetris, terdapat kotoran atau tidak, fungsi pendengaran baik atau tidak
Hidung : pernapasan cuping hidung baik (+), apakah terpasang Naso Gastric Tube (NGT) dan kanul nasal.
Mulut : kebersihan mulut, adanya gangguan pada mulut, lapisan mukosa, adanya karies gigi.
Leher : adanya peningkatan vena jungularis dan pembesaran kelenjar tiroid.
Dada : inspeksi simetris, terlihat retraksi dinding dada, palpasi fremitus dada kanan dan kiri, adanya ketertinggalan gerak, Perkusi sonor kanan dan kiri, Auskultasi bunyi paru terdengar vesikuler, whezzing, bunyi jantung
Abdomen : Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya peristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urin apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
Genitalia ; Jenis kelamin, adanya kelainan atau tidak, adanya lesi atau tidak.
Anus dan rektum ; apakah adanya abnormal dan hemoroid
Muskuloskeletal : apakah ektremitas terdapat oedema, akral atau kelumpuhan
Neurologi ; apakah terdapat atrofi otot dan deformitas tulang dan sendi.
Pemeriksaan Penunjang terdiri dari Pemeriksaan Laboratorium, meliputi : (1). Darah, Ditemukan leukosit 10.000 – 18.000 mm, (2). Urine, Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit. Dan Pemeriksaan Radiologi, biasanya tampak distensi sekum pada appendiksitis akut.
c) Analisa data.
Dari uraian diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi data subjektif dan data objektif lalu dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan (Doenges, 2000).




Adapun analisa data pada pasien dengan post operasi apendektomi dapat dilihat pada tabel dua di bawah ini :
TABEL 2
ANALISA DATA PADA PASIEN POST OPERASI APPENDEKTOMI
Data Etiologi Masalah
1 2 3
Data subjektif :
Pasien mengatakan
a. Nyeri pada daerah luka pembedahan
abdomen
b. Skala nyeri antara 4-7.
c. Nyeri datang terus-menerus.
Data objektif :
1. Keadaan umum : lemah.
2. Ekspresi wajah meringis.
3. Penurunan atau tak ada bising usus,,
4. Nyeri tekan atau nyeri lepas
Luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appendiktomi.
Nyeri
Data subjektif :
Pasien mengatakan
1. Badan terasa demam
2. Merah pada luka bekas operasi
Data objektif :
1. Keadaan umum : lemah
2. Demam
3. Konjungtiva anemis
4. Pemeraham pada luka pembedahan pada abdomen

Prosedur invasif appendiktomi.

Resiko tinggi infeksi
Data subjektif :
Pasien mengatakan
1. Kebutuhan ADL pasien dibantu oleh keluarga.
2. Tidak dapat bergerak karena nyeri pada luka pembedahan
Data objektif :
1. K/U : lemah.
2. Pasien tampak Bedrest
3. ADL dibantu oleh perawat dan keluarga


Pembatasan gerak sekunder Intoleransi aktivitas

Data subjektif :
Pasien mengatakan
1. Tidak ada nafsu makan.
2. Mual, muntah.
Data objektif :
5. Keadaan umum : lemah.
6. Porsi makan tidak dihabiskan.
Pembatasan pemasukan cairan secara oral Resiko kekurangan volume cairan

Lanjutan Tabel Analisa Data
1 2 3
Data subjektif :
Pasien mengatakan
1. Cemas dan khawatir dengan penyakitnya
Data objektif :
1. Pasien tampak gelisah.
2. Pasien tampak cemas. Kurangnya informasi Kecemasan
Data subjektif :
Pasien mengatakan
1. Belum mengerti tentang penyakitnya
Data objektif :
1. Pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya
Informasi kurang Kurangnya pengetahuan
Sumber : Doengoes M, 2000
2) Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan actual atau potensial (Aen, 1998)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita post appendiktomy menurut Doenges (2000) yaitu : a). Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appendiktomi. b). Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi ; c). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder terhadap nyeri; d). Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral; e). Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari antibiotik menghambat proses infeksi dalam tubuh; f). Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang.

3) Perencanaan Keperawatan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :
TABEL 3
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN POST OPERASI APPENDEKTOMI
NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 2 3 4 5
1.

















Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appendiktomi ditandai dengan :
DS : mengatakan
a. Nyeri pada daerah luka pembedahan Abdomen
b. Skala nyeri antara 4-7.
c. Nyeri datang terus-menerus.
DO :
a. Keadaan umum : lemah.
b. Ekspresi wajah meringis.
c. Penurunan atau tak ada bising usus
d. Nyeri tekan atau nyeri lepas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurangan dengan kriteria :
a. Pasien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, pasien dapat istirahat dengan cukup. b. Skala nyeri sedang









a. Beri penjelasan pada pasein tentang sebab dan akibat nyeri.


b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.



c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.


d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.




e. Kolaborasi analgesik tentang kondisnya a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak bekerja sama.
b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian pasein agar dapat mengurangi rasa nyeri.
c. pasein sendiri yang merasakan posisi yang lebih menyenangkan sehingga mengurangi rasa nyeri
d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi
e. analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.
Lanjutan Tabel Intervensi Keperawatan
1 2 3 4 5
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif appendiktomi ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan
a. Badan terasa demam
b. Merah pada luka bekas operasi
DO :
a. Keadaan umum : lemah
b. Demam
c. Konjungtiva anemis
d. Pemeraham pada luka pembedahan pada abdomen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Infeksi pada luka operasi tidak terjadi dengan Kriteria hasil : Tidak ada tanda – tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
a. Jelaskan pada pasein tentang pentingnya perawatan luka dan tanda- tanda atau gejala infeksi.

b. Rawat luka secara teratur dan aseptik




c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.




d. Observasi tanda – tanda vital.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.

a. Pasien akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera melapor bila ada tanda – tanda infeksi
b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi.
c. Kondisi yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman
d. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi pada luka operasi.
e. Penggunaan antibiotik untuk melakukan penyembuhan dab rasa nyeri pada luka operasi

3










Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan mispersepsi.
DS : Pasien mengatakan
1. Cemas dan khawatir dengan penyakitnya
DO :
1. Pasien tampak gelisah.
2. Pasien tampak cemas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat mengetagui tentang penyakitnya Dengan kriteria hasil : Pasien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya




a. Jelaskan pada pasien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi.



b. Anjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah operasi.


a. Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
b. Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan


Lanjutan tabel Intervensi Keperawatan
1 2 3 4 5
c. Disukusikan tentang kebersihan insisi yang meliputi pergantian perban, pembatasan mandi, dan latihan yang mempercepat penyembuhan. c. Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan.

4. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik menghambat proses infeksi dalam tubuh.
DS : Pasien mengatakan
1. Tidak ada nafsu makan.
2. Mual, muntah.
DO :
1. Keadaan umum : lemah.
2. Porsi makan tidak dihabiskan.


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat Rasa cemas berkurang. Dengan kriteria hasil : Pasien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien dapat tidur dengan tenang dan berkomunikasi dengan teman sekamarnya.







a. Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya



b. Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya (penyembuhan penyakit).


c. Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.
a. Rasional : Dengan penjelasan diharapkan Pasien dapat mengerti sehingga klien menerima dan beradaptasi dengan baik.
b. Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu klien berfikir secara konstruktif.
c. Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau kepercayaan diri klien

Sumber : Doengoes M, 2000

4) Pelaksanaan
Implementasi merupakan pelaksanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilakukan sesuai dengan rencana yang telah validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efesien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dan psikologi dilindungi dengan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar, 2000)
Tujuan dari pelaksanaan keperawatan adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan antara lain intervensi dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun dan di validasi serta didokumentasikan intervensi yang telah dibuat (Keliat, 1990).
Kegiatan dalam implementasi yaitu : a). melakukan tindakan keperawatan, b) melakukan pencatatan perkembangan pasien. c). menjaga rencana perawatan agar sesuai dengan keadaan.
5) Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang harus dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan dan ketepatan intervensi keperawatan (Gaffar, 2000).



C. Kerangka Konsep










Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti

GAMBAR 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar